Sabtu, 28 Februari 2015

Malaikat Penasaran di TAKM 2004 _ 1/9


Malaikat Penasaran

Wushhhh.... Seorang malaikat sedang melayang terbang melakukan patroli rutin pada tanggal 14–17 Oktober 2004. Jatah dia saat itu adalah daerah jalur Baturaja–Martapura, Sumatera Selatan. Sampailah patrolinya di suatu lokasi di tengah perkebunan karet di Tegal Arum, dia melihat puluhan tenda dan kerumunan besar anak muda sedang melakukan sesuatu. Penasaran, semalaikat itu turun dan mengamati, “Apa pula yang dilakukan orang-orang muda yang mencapai ratusan jumlahnya itu di tengah kebun?” pikir malaikat heran. 

Melesatlah dia turun dari angkasa mendekati lokasi yang mencurigakan itu. Makin jelas sekarang, tampak tenda-tenda perkemahan beraneka warna, lapangan, panggung, gereja, aula dan tentu saja orang-orang yang lalu lalang diantaranya. Terlihat satu baliho besar berukuran 3,66 × 4,88 meter di tempat yang paling mencolok yaitu di samping panggung, dekat pintu utama. Dia melihat tulisan “TEMU AKBAR KAUM MUDA Keuskupan Agung Palembang. Tegal Arum, 14–17 Oktober 2004” bagian tengah ada gambar semacam orang bangun tidur berwarna hijau berlatar biru muda, lucu. Lalu di bagian bawah ada tulisan “Hai Kaum Muda, BangKitlah, Katakan Damai bagi Dunia!”


Di dekat baliho ada sederetan tenda yang tampaknya digunakan untuk pameran. Bermacam karya dipamerkan di situ yaitu kaos, topeng, komputer, jamu dan kerajinan tangan. Berseberangan dengan baliho ada deretan tenda yang berisi ibu-ibu sedang memasak puluhan jumlahnya. Asap mengepul dari beberapa tempat, diiringi bau sedap bumbu yang direbus atau digoreng, menggugah selera. Sebuah tenda berpanggung ada di tempat sentral menghadap lapangan dan tenda-tenda kemah.

Mendirikan tenda
Serunya bangun tenda bareng-bareng
“Bah, apa pula ini?” malaikat penasaran terhadap lokasi ini. Saat patroli seminggu yang lalu suasana di lokasi ini jauh berbeda, lengang sepi tanpa aktivitas mencolok selain kehidupan warga kampung. Namun malaikat tidak punya banyak waktu untuk menyelidik, dia musti melanjutkan patroli, disimpannya banyak pertanyaan untuk diselidiki kemudian. Dia lalu melesat lagi terbang melanjutkan patroli. Setahun, dua tahun, tiga tahun kemudian, malaikat yang sama berpatroli di atas lokasi yang sama, setengah berharap menemui hal yang sama sehingga bisa menuntaskan rasa penasarannya. Berselang 3 tahun hasil nihil, di lokasi tersebut lengang, tanpa perubahan.

Tahun berikutnya tepatnya pada 3–6 Juli Tahun 2008 sang malaikat kembali mendapat jatah berpatroli di rute yang sama, kali ini TOPnya (tahun orientasi pengawasan) yang terakhir di Sumatera bagian Selatan. Dia tak banyak berharap menemukan perubahan seperti 4 tahun lalu, namun apa yang terjadi rupanya dapat menggugah rasa penasarannya. Suasana di tempat itu ramai, seperti 4 tahun lalu. Dari angkasa terlihat puluhan tenda kecil, bahkan kini ada 4 tenda tentara besar, mirip barak didirikan. Segera melaikat melesat turun dan berputar-putar di lokasi yang penuh dengan ratusan anak muda sedang hilir mudik, sebagian sedang makan. “Oooo pantas, sekarang jam makan siang” pikir malaikat maklum. 

Belum sempat dia menyamperi salah satu dari ratusan anak muda untuk bertanya, tiba-tiba tanda aura di kepalanya berputar, tanda ada hal yang perlu segera mendapat perhatian di tempat lain. “Wah…. Ada panggilan darurat, siapa gerangan yang perlu ditolong kali ini? Jauh dari tempat ini rupanya.” Makin cepat aura berputar, berarti sumber masalah makin dekat, namun kini perputaran di sekitar kepalanya pelan, berarti sumber yang perlu ditolong masih jauh. “Moga-moga nanti aku masih sempat ke sini lagi, penasaran deh ada apa sih ini, di desa tengah kebun karet ada keramaian semacam ini. Pake musik-musik segala.” Ada-ada saja orang muda jaman sekarang. Dengan rasa penasaran malaikat melesat ke angkasa mencari sumber bahaya yang perlu diselesaikannya.



Pertemuan dengan Atnasus

Tahun 2009 malaikat pindah tugas ke daerah Somalia, mengawasi manusia dan mencatat tingkah lakunya. Korekan informasi dari sesama malaikat kolega yang mengawasi Sumbagsel membawa hasil negatif. Tak ada kegiatan yang menghebohkan di Tegal Arum. Namun teman sang malaikat itu memberi sebuah nama yang bisa dikontak untuk memuaskan rasa penasaran koleganya itu. Pada satu kesempatan di akhir tahun 2009, malaikat penasaran itu ijin pada bosnya untuk mencari nama yang sudah digenggamnya. Ijin turun dengan catatan, sang malaikat harus mencatat apapun hasilnya untuk bisa disebarkan pada umat manusia, siapa tahu memberi inspirasi. Inspirasi tentang hal-hal yang baik secara tidak langsung akan mendukung manusia dalam berhidup dengan hikmat dan sesuai kemauan penciptanya.
Singkat cerita ketemulah malaikat dengan dengan “Atnasus” seorang manusia yang mudah-mudahan dapat menjawab kepenasarannya selama ini. Walau bertugas di Somalia, malaikat ternyata masih menyimpan penasaran. Beberapa kali malaikat bertemu Atnasus untuk menghabiskan rasa penasarannya pada kegiatan di Tegal Arum itu. Semua hasil perbincangan dicatatnya karena dia harus melaporkan pada bos malaikat.
Atnasus, hai, apa kabar?
Sehat kabarku, siapa Anda?
Saya malaikat.
Ada gerangan apa, tumben menampakkan diri. Ajalku sudah dekat ya…..
Hus sembarangan, itu urusan penciptamu, bukan kewenanganku.
He he he…. atau tunggu tahun 2012 yha.
Eh… jangan pancing-pancing saya, yha… Nas. Kamu kupanggil Nas saja yach….
Lalu Kamu kupanggil apa, malaikat?

Terserah
Baiklah Terserah, ada apa?
Hus, maksud saya terserah, Kamu boleh panggil aku apa saja, terserah… itu maksudnya.
Oooo… ngobrol dong, Lai.
Lai… apa pula itu, Lai…
Ya, aku panggil Kamu Lai, Kamu khan malaikat, bagus kalau dipanggil Lai….
Eh, keren juga ya….daripada dulu ada yang manggil saya Ikat… terdengar norak.
He he he…

Hai Cah Enom, Poda Tangio, Omongne Damai Kanggo nDonyo!
ekspresi kreativitas peserta TAKM 2004, Sip.
---------- b e r s a m b u n g  ke bagian 2----------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar